Sunday, June 19, 2016

Selamat datang, Ramadan!

RABU, 17 JUNI 2015
Cerita ke-2 dalam Ramadan Down Under

Sebagai negara beriklim subtropis, Australia memiliki empat musim.  Berkebalikan dengan negara-negara di belahan bumi utara, negeri tetangga kita ini memasuki musim dingin pada bulan Juni. Hingga Agustus, walaupun suhu udara terendah sekitar 5 derajat celsius, namun angin kencang sering menyapu hari-hari yang dingin sehingga yang terasa di kulit (aplikasi AccuWeather menyebutnya “RealFeel”) bisa jatuh beberapa derajat di bawah itu.

Sore itu dengan jaket tebal dari DFO (Direct Factory Outlets) Bandara Brisbane, aku tiba di kampus UQ St. Lucia.  Walaupun begitu tetap saja kudapati beberapa orang masih nyaman berpakaian tipis, lengan pendek, atau celana pendek.  Mereka masih bisa menahan sejuknya udara musim dingin.

Pukul 17.30, ratusan mahasiswa telah menggerombol di muka Connell Building.  Gedung yang sehari-hari digunakan sebagai gymnasium itu, kali itu difungsikan sebagai tempat ujian.  Meja-meja dan kursi peserta ujian telah diatur untuk ujian dua mata kuliah, Strategic Human Resource Management dan sebuah mata kuliah engineering.  Tepat pukul 17.45, ruangan mendadak hening.  Ujian dimulai.

Suasana ujian di Connell Building

Dua jam para mahasiswa berkutat dengan soal-soal studi kasus dan esai pendek.  Sementara di luar sana, teman-teman sedang menahan napas menunggu keputusan para ulama se-Australia mengenai penetapan tanggal 1 Ramadan.  Seperti Indonesia, dewan ulama itu menggunakan metode rukyat (moonsighting) untuk menentukan awal bulan.  Seminggu sebelumnya, twitter @MoonsightingAUS berkicau,

“Insha’Allah moonsighting for the month of Ramadan 1436 will be conducted on Wednesday 17/06/2015, right across Australia.”

Pukul 19.45 mahasiswa berhamburan keluar dari Connell Building.  Aku bergegas menuju Multifaith Prayer Space, sebuah aula yang digunakan untuk shalat termasuk shalat Jumat dan tarawih.  Kami biasa menyebutnya musala, surau, atau MFC karena merupakan bagian dari Multifaith Chaplaincy Centre (MFC). 

Untuk dapat masuk musala, mahasiswa harus mendapatkan otorisasi dari pihak kampus dengan mendaftarkan kartu mahasiswanya ke Student Service.  Dengan menempelkan kartu itu ke mesin akses, pintu musala baru dapat dibuka.

Aku dan Brother Ismail di depan MFC



Di pintu masuk MFC aku berpapasan dengan Ismail, pengurus musala.  Kami menyebut lelaki asal Zimbabwe ini “Brother Ismail”.  Sebutan “Brother” atau “Sister” adalah lazim dalam Islam untuk memanggil sesama muslim karena sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Muhammad SAW, sesama muslim adalah bersaudara.

“Assalamu’alaikum,” sapaku.

Lelaki berjenggot lebat itu menjawab dengan senyum ramahnya, “Wa’alaikum salam, Brother.”

“Are we going to start fasting tomorrow?”

“Yes, Inshaa Allah, and tonight we’ll pray tarawih.”

“Alhamdulillah, but I missed the pray I guess.”

“No, in this first night we’ll start the pray at 8.  Tomorrow and afterwards we start at 7.”

Maka kegembiraan kaum muslimin menyambut Ramadan pun bermula.

BERSAMBUNG ke Cerita ke-3 Sahur perdana
dalam seri Ramadan Down Under



No comments: