Thursday, June 23, 2016

Berbuka puasa di Augustus Street

SABTU, 20 JUNI 2015
Cerita ke-7 dalam seri Ramadan Down Under

Kalau saja Saturday Sketchout hari ini diadakan pada malam hari, mungkin South Brisbane Cemetery akan kelihatan seperti adegan dalam film Batman atau film-film horor Hollywood.  Namun karena acara gambar-menggambar ini dilakukan pada pagi hari, tak terasa kengerian apa pun.  Kompleks pemakaman ini bersih dan rapi walaupun sudah memasuki masa pensiun.  Penguburan terakhir terjadi tahun 1960-an walaupun masih ada penanaman abu jenazah dari keluarga mendiang yang telah dikuburkan lebih dulu.  Banyak batu nisan yang retak, terbelah, dan terbengkalai namun Dewan Kota tak membiarkan rumput dan tanaman tumbuh tinggi dan liar.


Batu nisan di pemakaman ini ternyata sangat beragam, dalam hal bentuk, simbol, maupun aksara dan bahasa.  Sepertinya ini mencerminkan juga agama orang-orang yang dikuburkan.  Sekilas kulihat ada inskripsi dalam aksara atau bahasa Inggris, Jerman, Ibrani, Rusia, dan Arab.  Bahkan simbol-simbol keagamaan seperti salib tidak hanya ada satu jenis seperti yang biasa kita kenal.  Ada satu simbol yang menurut Andrian, salah seorang teman di UQ, adalah Eastern Cross dari Ortodoks Rusia/Yunani dan Katolik Yunani.  Yang khas pada simbol ini adalah garis terbawah dari 3 garis horizontal yang berupa palang miring melambangkan akar atau simbol dari tradisi yang murni.  Menurut cerita dosen Bahasa Rusianya, banyak orang-orang Rusia datang ke Australia namun terpecah-pecah dalam kelompok-kelompok kecil.  Hmm, kalau saja ada pemandu wisata di pekuburan ini, akan lebih banyak informasi yang bisa kugali tentang keragaman orang-orang yang dikubur di sini.  Pengetahuan-pengetahuan baru seperti inilah yang membuat acara sketching jadi makin menyenangkan karena ada nilai lebih yang bisa kita dapat.

Menjelang tengah hari, para sketser dari Urban Sketchers Brisbane yang tadi menyebar di area pekuburan berkumpul di Fish Kitchen, sebuah kedai fish and chips di seberang kompleks makam.  Sambil melakukan “show and tell”, beberapa orang memesan makan siang.

“Suryadi, why don’t you put an order?  The fish and chips is cheap and delicious.”

Memang betul, fish and chips-nya murah dan kelihatan begitu menggoda.

“No, J-j.  I’m fasting.”

“Fasting? For what reason? Religius or ... something else?”

“Yes, religious reason.  I’m a muslim.”

Selepas Saturday Sketchout di pemakaman yang kadang disebut Dutton Park Cemetery itu, aku tak langsung pulang.  Setelah singgah sana-sini, meluncurlah ke rumah Adi dan Dini di Augustus Street, Toowong sekitar pukul 4 petang untuk memenuhi undangan buka puasa bersama. 

Bukan tanpa sebab Adi dan Dini mengundang kami ke rumahnya.  Menjelang kelahiran anak pertama, mereka pindah dari sebuah apartemen di pusat kota ke sebuah unit rumah di suburb Toowong yang letaknya lebih dekat ke kampus UQ.  Unit baru ini memiliki kamar yang lebih banyak dan ruang keluarga yang lebih luas.  Tambahan lagi, ada balkon yang bisa dipakai untuk berangin-angin. 

Di UQ, Dini dan Adi sama-sama mengambil program studi ilmu komputer, sampai-sampai khalayak mengira kalau mereka berdua ngobrol pasti menggunakan bahasa C# atau php.  Kalau Adi dikenal sebagai pemain multibakat beragam cabang olahraga, Dini terkenal sebagai mahasiswa yang rajin masak.  Sepertinya apa saja bisa dia bikin. Karena itu tidak aneh kalau dapurnya hampir selalu berantakan, hahaha.


Dini dan siomay lezat bikinannya.

Sekitar 17 orang menggeruduk hadir dalam acara bukber Augustus Street ini.  Hidangan utamanya adalah siomay Bandung, ditambah beragam hidangan hasil share plates alias makanan-minuman bawaan para hadirin.  Asiknya sebuah acara buka puasa bersama adalah kita bisa tertawa bersama.  Setelah shalat tarawih berjamaah di sini, kami bermain kartu Uno dan bercanda-canda hingga pukul 9 malam. 

Ngariung sambil main kartu Uno

Aku pulang dengan bus Translink 444 ke Moggill Road sambil menenteng kotak bekal alias food container berisi sisa makanan.  Itu artinya pas sahur dini hari nanti cukup memencet tombol microwave tanpa perlu menyalakan kompor dan memanaskan wajan.

BERSAMBUNG ke Cerita ke-8 Berbuka puasa di MFC
dalam seri Ramadan Down Under

No comments: